![]() |
1.
Penalaran Ilmiah
2.
Berfikir Deduktif
3.
Berfikir Induktif
Nama : Fany
Wardiyanti
NPM : 23213214
DAFTAR ISI
A.
Penalaran Ilmiah .............................................................................. 3
1.
Pengertian Penalaran ................................................................ 3
2.
Prinsip Penalaran Ilmiah ..................................................... 3
3.
Ciri-ciri Penalaran
.....................................................................
4.
Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah ......................................... 3
5.
Jenis-jenis Penalaran
................................................................. 4
B. Berfikir
Deduktif
............................................................................. 4
1.
Pengertian Berfikir Deduktif
.................................................... 4
2.
Jenis-jenis Berfikir Deduktif
.................................................... 5
C.
Berfikir Induktif
.............................................................................. 7
1.
Pengertian Berfikir Induktif
..................................................... 7
2.
Macam-macam Berfikir Induktif
............................................. 7
Daftar
Pustaka
........................................................................................ 9
ISI
A. Penalaran Ilmiah
1.
Pengertian
Penalaran
Penalaran adalah Proses pemikiran
untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan
kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan.
2. Prinsip Penalaran Ilmiah
Penulisan ilmiah mengemukakan dan membahas
fakta secara logis dan sistematis dengan bahasa yang baik dan benar. Ini
berarti bahwa untuk menulis penulisan ilmiah diperlukan kemampuan menalar
secara ilmiah.
Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang
berupa asumsi, hipotesis atau teori.
3.
Ciri-ciri
Penalaran
1)
Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berfikir logis, di mana berfikir logis disini harus
diartikan sebagai pemikiran yang ditimbang secara objektif dan sesuai fakta .
2)
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya
merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
3)
Rasional artinya
adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang
dapat dipikirkan secara mendalam
4. Unsur Penalaran
Penulisan Ilmiah
Menurut Widjono, (2007
: 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Topik yaitu ide
sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesfik dan berisi sekurang-kurangnya
dua variabel.
2. Dasar pemikiran,
pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenaran dan kesalahannya.
3. Proposisi adalah pernyataan yang
lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk kalimat.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika yaitu metode
pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi
(pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu
seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam
suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan
yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur
satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (penguraian) dilakukan
dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi),
membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi)
yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau
kesalahannya. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi,
fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11. Hasil yaitu akibat
yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12. Kesimpulan yaitu hasil
pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
5.
Jenis-jenis Penalaran
Menurut prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.
Penalaran induktif
b. Penalaran deduktif
b. Penalaran deduktif
B.
Berfikir Deduktif
1.
Pengertian Berfikir
Deduktif
Deduksi
berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Penarikkan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi
(sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Silogisme
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi :
Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi :
a)
Premis mayor adalah pernyataan umum.
Contoh
: Semua
orang pasti akan mati
b)
Premis minor adalah pernyataan khusus
Contoh
: Hasan
adalah orang
Jadi kesimpulannya
adalah Hasan pasti akan mati
2. Jenis Berfikir Deduktif
1)
Silogisme
Kategorial
Silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi.
·
Premis Umum : Premis Mayor (My)
·
Premis Khusus : Premis Minor (Mn)
·
Premis Simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam
silogisme kategorial sebagai berikut :
1. Silogisme harus
terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah
2. Silogisme terdiri atas
tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3. Dua premis yang
negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu
premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5. Dari premis yang
postif, akan dihasilkan simpulan yang positif
6. Dari dua premis yang
khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor
khusus dan premis mayor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme
Kategorial :
My : Semua pekerja di Sharp adalah
lulusan S1.
Mn : Novry adalah pekerja.
K : Novry lulusan S1.
Mn : Novry adalah pekerja.
K : Novry lulusan S1.
My : Semua
pekerja memiliki keahlian.
Mn : Novry tidak
memiliki keahlian.
K
: Novry bukan pekerja.
2)
Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis
minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila
minornya menolak anteseden, bila simpulannya juga menolak berarti konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada makanan,
manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, manusia akan kelaparan.
My : Jika tidak ada matahari,
tumbuhan tidak akan berfotosintesis.
Mn : Tumbuhan tidak akan berfotosintesis.
K : Tumbuhan tidak dapat matahari.
Mn : Tumbuhan tidak akan berfotosintesis.
K : Tumbuhan tidak dapat matahari.
3)
Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi Alternatif yaitu bila premis
minornya membenarkan salah satu alternatifnya, simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh :
My : Supplier Sharp berada di
Bandung atau Sukabumi.
Mn : Supplier Sharp berada di Bandung.
K : Jadi, Supplier Sharp tidak berada di Sukabumi.
Mn : Supplier Sharp berada di Bandung.
K : Jadi, Supplier Sharp tidak berada di Sukabumi.
C. Berfikir Induktif
1.
Pengertian Berfikir
Induktif
Berpikir induktif
adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum.
2. Macam-macam Berfikir Induktif
Ada tiga macam
penalaran induktif, antaralain :
a)
Generalisasi
Merupakan penarikan
kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Generalisasi dibagi menjadi 2 :
Generalisasi dibagi menjadi 2 :
·
Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif Fakta yang
diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan,
besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan
semua logam akan memuai.
·
Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan
seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita
menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka
bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang suka bergotong-royong.
b) Analogi
Merupakan penarikan
kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya
membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan
yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
Tujuan dari analogi :
Ø Meramalkan kesamaan.
Ø Mengelompokkan klasifikasi.
Ø Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid
c)
Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
1)
Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai
akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di
tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
2)
Akibat ke sebab = Dari peristiwa
yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking
Leeteuk patah karena memukul papan itu.
3)
Akibat ke akibat = Dari satu
akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Daftar Pustaka
http://dwikartikasari-18211665.blogspot.co.id/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.html
l-hipotesis-alternatif-dan-entimem/